Anak Sapi dan anak manusia, suatu masa, duduk di tapal batas dunia-aherat. Mereka saling bercerita, tertawa gembira, senyum, dan menangis, dan rupa-rupa hingga lelah, kemudian tidur.
Tiba-tiba mereka berada di sebuah ruangan bercahaya kemilau sekelilingnya, hingga tak tampak apapun selain mereka berdua. Mereka terdiam dan saling memandang. Tak lama kemudian terdengar suara berkata-kata dengan gaya seolah sedang becerita atau semacam menyampaikan pendapat kepada lawan bicaranya :
''Hal terpenting bagi anak (batita/balita) adalah susu. Bukan cuma tentang kepentingan jasmani dan rohani si bayi, tetapi lebih dari itu : se-susu-an berarti saudara
Bagaimana dengan sapi (betina) yang susunya dinikmati bayi kita? Bersaudarakah mereka, anak Bapak/Ibu dan anak sapi itu?
Entah bagaimana membahasnya. Tapi akan lebih bijak jika kaum Ibu berkenan menerima petuah :
sayangi buah dadamu demi buah hatimu
Dan, entah bagaimana juga pendapat para Bapa tentang buah hati. Mungkikah para suami juga akan berkata (kepada sang istri) denga rajuk dan rayu bahwa : aku pun buah hatimu ?''
Berdua tertegun, tetap diam, dan kembali saling memandang seraya menunggu lanjutnannya. Tak terduga, apa yang didengar kemudian adalah rangkai kata yang mereka susun bersama sebelum tidur, sebagai curahan anak sapi dan anak manusia :
SAPI DAN MANUISA
Ibuku berkata
dan Ibumu juga
kata-katanya sama
katakan bersama-sama :
susuku
susumu
susunya kita
susunya anak kita
lenggang mereka
senang gembira ria
ibumu Ibuku sama
ibu-ibunya kita
“kita : sapi dan manusia”
Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar