12.05.2009

RAKUS


Bila tak cukup air mata
Boleh lah ditambah keringat
Hingga tanah ini subur makmur sejahtera

Bila tak cukup itu
Haruskah ditambah simbahan darah
Seperti sejarah bangsa mencatatnya

Atau memang rakus sebabnya
Hingga air pun tak sanggup membasuh
Bila subur makmur sejahtera sekedar do'a-do'a

Atau memang rakus tak pernah cukup
Sampai pertiwi pudar mesranya

12.03.2009

TEDUH



Nada telah malam ciptakan. Dalam genggaman purnama dedaunan berdendang. Ia membawa pesan. Damailah.

Damailah nalar. Biar segala yang tampak mewujud indah. Tanpa gelisah duka nestapa. Damailah hati. Biar segala yang hadir memberi arti. Tanpa getir penyesalan yang mengecewakan. Damailah.

Risik lirih bisik kekasih tembangkan keheningan. Rincik air. Angin semilir. Remang rembulan. Melayanglah menggapai ayat-ayat ketenangan.

Gurat-gurat hasrat pancarkan warna-warna keinginan. Suasana membangun jaringan akal. Tersusun kenangan demi sebuah masa, yang akan. Aku tersipu, malu. Bersimbahlah bahagia. Teduh, tuntunlah.

12.01.2009

MURUNG


Saat aku rindui harum nafasmu, kemanakah kau, tentram? Mencoba guratkan pesona, kini aku tak sanggup. Maka kanvas ini kubiarkan tanpa warna.

Bersabung dalam benak ini, keinginan. Sementara sepi menyergap, aku betah terkapar, lelap. Bersembunyi diantara rimbun sang lamun. Aku asyik bermimpi.

Dalam remang aku bertualang menjejak kenangan. Di sana kusapa kerinduan, kupetik kebosanan, kuambil keceriaan, kugenggam kekecewaan, kuraih percik harapan. Bahagia, aku gapai penyesalan!

Gontai, berayun, terombang-ambing, langkahku. Ah, jagaku hampir mati. Sadar ini terengah-engah diantara pesona lena yang bergairah. Bahkan kubiarkan saja inderawi ini dikebiri. Angkuh, tak peduli.

Belailah nadaku agara berirama. Cumbui lagu ini hingga mengalun merdu. Biar jiwa meriut akan merekah sejenak. Sebentar, sebelum binasa.