8.07.2012

KEPADA SESAL !


Lama sudah mencoba memahami yang kusebut Sesal. Kamu pun tau betapa akrab Sesal dengan Diri yang selalu harus memilih. Kita pun tau, betapa getir suasana yang Sesal ciptakan. Tetapi itulah, peringatan yang benar seringnya dirasa atau terasa menyesakkan.

Yang ku fahami, sementara ini, Sesal adalah sahabat yang baik dan setia. Ia begitu tekunnya mengingatkanku bahwa saya telah keliru. Ia lah sahabat penasihat yang patut kuakrabi dan kucintai.

Kurasa, siapa pun tau bahwa Sesal suka membuat suasana tak nyaman. Maka, bagiku, kepada Hening saya mengadu. Kepada Hening saya buncahkan segala kejengkelan, kemarahan. Kepadanya pula biasanya saya curahkan segala ke-tak-berdaya-an.

Bila Sesal datang menyapa, saya segera lari kepada Hening. Kamu tau mengapa lari dari Sesal? Ah, ya, Sombong mangajariku begitu: saya harus percaya diri meskipun dalam keliru. Ia pun menegaskan bahwa “Sesal itu makhluk tak berguna, dungu, bodoh, minder, dan suka membuat kita tersiksa. Akrab dengannya hanya membuatmu terasing dan mengasingkan diri. Usir dan lupakan Sesal itu”.

Tololnya saya semakin nampak ketika kuamini sabda si Sombong. Rupanya, semakin keras kuenyahkan Sesal semakin setia ia menemani, semakin tekun sesal mengakrabi. Saya dibuatnya jengkel, marah, dan murka. Tetapi Sesal tak juga lelah, meskipun dayaku habis karena memusuhinya, dan saya tak mampu lagi lari.

Perlahan saya terima ia. Dengan senyum yang membayang, Sesal merengkuhku dengan hangat. Belainya saya nikmati. Kemudian saya mulai berkenan mengerti. Rupanya, Sesal tak bermaksud membuatku jengkel, marah dan murka dan semacamnya. Ia hanya membawa pesan bahwa saya telah keliru. Ia bagai lentera, bersamanya saya jejaki kenangan. Sesal tunjukan dan membimbingku hingga sampai kepada pengertian-pengertia­n. Ia setia menyertai



lari aku menghidari
kepada keramaian
kepada kegaduhan
kepada kemegahan
kepada kesuka-sukaan
kepada kediaman
kepada kebekuan
kepada kesunyian
lari aku kepada mereka

teriak aku mencaci
kepada kebodohan
kepada ketololan
kepada kekecewaan
kepada kegetiran
kepada keterasingan
kepada kesepian
kepada kekeliruan
teriak aku kepada mereka

(sadarkan aku, sesal
hanya sombong yang menolak kamu datang
kasihani aku, sesal
nasihati aku hingga tau tentang keliru
ajaril aku, sesal
agar diri menikmati kesempatan
sesalkan aku, sesal
ingin aku fahami pengertian)


21 Januari 2010

2 komentar:

  1. nggak bisa enggak, baca tulisan ini keinget musabab kenapa tulisan keren ini bisa ada,
    kadang tertawa geli hal semacam itu bisa terjadi dalam hidup saya, kadang juga masih mengutuk sial, kadang bisa bikin galau, kadang merasa itu cm masalah kecil gampang dan berlalu jiahahahahahaaaaa

    kan, belom pandai berteman dengan sesal hahaha LoL

    BalasHapus