3.23.2013

POHON

“Sekarang kita tebang. Lihat, Nak, pekan depan ia akan kembali bertunas.”

“Kan, sudah diinjak-injak juga, Pak.”

“Meskipun kita gali bonggolnya, dan meletakkannya di atas meja, ia akan bertunas.”

“Tanpa tanah, Pak?”

“Bahkan tanpa disiram pun. Ia akan hidup hingga tetes air terakhir yang ada dalam bonggolnya. Ia akan bertunas lagi, tumbuh, hingga tujuan hidupnya tercapai, yaitu membuah.”

“Kalau keburu kering?”

“Setidaknya, pisang akan terus berusaha hidup hingga sempurna dalam berbagi apa-apa yang ada pada dirinya.”

“Hebat, ya, Pak!”

“Lebih dari hebat, Nak. Ia menghendaki seluruh potensi yang dimilikinya menjadi manfaat bagi siapa saja. Sebelum berbuah, ia akan terus berusaha bertahan hidup. Begitulah cara ia berbakti kepada Tuhannya.”

“Apa ia lebih baik dari manusia?”

“Tidak, Nak. Pisang tidak membicarakan kita sebagaimana kita merenungkannya.”

Mereka pulang. Sepanjang perjalanan tak bosan-bosan Anak bertanya tentang pisang kepada Bapaknya, sembari memanggul pisang yang cuma sepasi—hasil panen satu pohon hari ini, sisa dibagikan kepada para pemilik kebun tetangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar