3.17.2013

MAAF



Aku pilih sakralitas untuk menunjukkan betapa agungnya kata 'maaf'. Kehebatannya dalam merangkum beberapa konsep memang mengesankan. Tentu bagi siapa saja, kata 'maaf' akan tampak demikian.

Ketika saya mengatakan ''maafkan saya...'' (atau sekedar 'maaf' secara kontekstual tentunya) berarti saya mengakui bahwa saya melakukan kekeliruan, menyesalinya, dan berkehendak untuk tidak mengulang kekeliruan yang serupa.

'pengakuan', 'penyesalan', dan 'kehendak' termaksud terangkum dalam istilah 'maaf'! Ini 'maaf' yang ditulis atau diucapakan secara tulus, rendah hati, jujur, dari titik pusat nurani. Kecuali 'maaf' diungkapkan ketika dalam keadaan ''tak sadar''kan diri!

Sakralitas kata 'maaf' lebih karena ia mewakili tiga hal tersebut di atas, sekaligus menunjukkan bahwa kesadaran, sebagai ciri manusia, masih ada, masih dimiliki oleh pengungkapnya.

Tak pernah saya dengar Burung Elang saya mengatakan ''maaf, tuanku yang tolol'' ketika teriakkannya benar-benar mengganggu jam tidur siang saya.

16-03-2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar