Aku pilih sakralitas untuk menunjukkan
betapa agungnya kata 'maaf'. Kehebatannya dalam merangkum beberapa konsep
memang mengesankan. Tentu bagi siapa saja, kata 'maaf' akan tampak demikian.
Ketika saya mengatakan ''maafkan saya...''
(atau sekedar 'maaf' secara kontekstual tentunya) berarti saya mengakui bahwa
saya melakukan kekeliruan, menyesalinya, dan berkehendak untuk tidak mengulang
kekeliruan yang serupa.
'pengakuan', 'penyesalan', dan 'kehendak'
termaksud terangkum dalam istilah 'maaf'! Ini 'maaf' yang ditulis atau
diucapakan secara tulus, rendah hati, jujur, dari titik pusat nurani. Kecuali
'maaf' diungkapkan ketika dalam keadaan ''tak sadar''kan diri!
Sakralitas kata 'maaf' lebih karena ia
mewakili tiga hal tersebut di atas, sekaligus menunjukkan bahwa kesadaran,
sebagai ciri manusia, masih ada, masih dimiliki oleh pengungkapnya.
Tak pernah saya dengar Burung Elang saya
mengatakan ''maaf, tuanku yang tolol'' ketika teriakkannya benar-benar
mengganggu jam tidur siang saya.
16-03-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar