Tangga kunaiki. Aku tak kesulitan melakukannya hingga sampai tujuan.
Berkali-kali aku melakukan itu, tak kesulitan dan berhasil. Betapa
mudah meraih kejayaan. Atap bocor dapat kuperbaiki dengan baik. Itu
dimulai dengan menaiki tangga dengan baik.
Betapa mudahnya menaiki tangga kehidupan dalam meraih kejayaan. Kita
cukup tapaki setiap anak-tangganya dengan baik. Mengapa dikatakan
mudah? Karena jika itu dibandingkan dengan memelihara kejayaan yang
butuh waktu seumur-hidup tentu lebih membosankan.
Ketika kita dikeadaan jaya, kita akan mengalami betapa repotnya
memelihara apa yang kita punya. Selain hama luar yang datang hendak
menggugurkan bunga yang mekar, hasrat diri yang selalu "ingin lebih
baik" seringkali mengganggu kehusyuan kita dalam bersyukur, sehingga
kita terlena oleh penasaran yang ambisius.
Bukan penasaran yang keliru, tapi terlena yang biasanya disebabkan
ambisi. Ini bisa seringkali menjadi sebab kejatuhan seseorang dalam
keadaannya yang tengah jaya. Jika sudah jatuh, akan lebih seulit
menaiki anak tangga untuk kembali jaya. Bagaimana tidak sulit, yang
namanya jatuh ya kalau tidak patah tulang setidaknya lecet-lecet.
Lebih parah jika "sudah jatuh ketiban tangga". Tapi intinya tetap
jatuh dan mengalami kekecewaan dan penderitaan. Apa yang sebaiknya
dilakaukan? Adalah mengambil jeda: sembari menyembuhkan luka, akan
bijak jika menilik ulang apa "apa yang kita lakukan hingga sampai di
keadaan ini?". Bukankah tidak keliru bahwa mengatahui sebab masalah
sama dengan menyelesaikan sebahagian masalahnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar