Sang cucu bengong menyimak dongeng Kakek semasa perjuangan meraih kemerdekaan. Ada juga diceritakan kelakar Kakek dan teman-temannya masa itu, sehingga sesekali mereka terkekeh. Bahkan Kakek sempat bernostalgia tentang pertemuannya dengan si Nenek.
Ada juga Kakek mencoba-coba membandingkan jaman perjuangan dengan kemerdekaan. Tentu itu perspektif Kake sendiri, tanpa metode, tak perlu ilmiah-ilmiahan. Toh Kakek mengalami sendiri jaman yang ia dongengkan.
“Milih jaman perjuangan atau sekarang, Kek?” Kakek menjawab, “jaman dulu lah. Dulu, Kakekmu ini masih seger, tenaga mantap, tampang gaya, kekar, gigi Kakek masih sanggup mengunyah jering dan petei”, sambil terkekeh.
Sang cucu mangut-manggut, masih penasaran, gak terlalu peduli guyonan Kakeknya. Kakek meneruskan pembandingannya. “…dulu, susah nemu orang pinter tapi mudah dapat orang jujur; sekarang, susah dapat orang jujur tapi mudah nemu orang pinter.”
Sang Kakek menghela nafas, kemudian nyeruput kopi dan disambung menarik hisap tembakau lintingannya. “Cu, pinter-pinter orang sekarang ngomong ‘kejujuran’, ‘kebenaran’, ‘kemanusiaan’, ‘keimanan’, kesalehan’, tapi yang laku keblinger….”
heuheuheu... kumaha eta cerita si kakek deketin si nenek... itu gegara si kakek pinter mendongeng kayaknya :))
BalasHapushadeuh dikau ingetnya dongeng trusss
Hapussi kakek yg itu pinter nangekep belut :p