11.09.2014

Akhir Musim

kata di balik awan
turun memakna hujan
lalu petir membawa getar
memberi getir yang gelegar

11.08.2014

Tumbal Tambal

gegara kebajikan yang bajakan
kebijakan hanya bujukkan
lalu melempar batu dipersembunyian
kemudian sembunyikan tangan
diam-diam
diam
menunggu mendung
siapa lagi yang akan murung

11.05.2014

Mata Rindu

(2)

pandang rabun
berembun
cariku, kau berayun

diamlah, kau
biar tegasku pada sepukau
kilau

11.03.2014

Membunuh Rindu

Seorang tua duduk melamun, batinnya lelah berharap. Usianya yang senja sampaikan langkahnya pada kesimpulan, "Kebahagaiaan seperti mimpi, sekejap dalam keterjagaan maka ianya hilang...mungkin benar bahwa hidup ini hanya mimpi panjang yang tak lama".

rindu semakin tikam
ngilu semakin dalam
temu semakin dendam
sementara kau bungkam
aku, diam-diam tenggelam
terkaram kelam yang hujam )*

Ia meggerutu tentang tangan Tuhan, yang tak kunjung dirasa ulurannya. Ia merasa tak adil, "berdoa, berusaha...sabar, tawakal...apa lagi, Han (kepada Tuhan)?"

Ia menahan air mata. Terbayang wajah kekasih: istirnya selingkuh dan pergi, delapan tahun lalu; anak perempuannya yang jadi pelacur, anak lelakinya yang mati dikeroyok karena mencopet.

"Aduh, Tuhan, aku berkuli halal untuk keluarga, mendidikkan kejujuran...tapi Kau jadikan aku sampah serapah...Tuhan, Tuhan...ayolah...."

kemana lagi aku mecari
kamu, kepada mati?
kemana lagi aku kembali
aku, kepada mati?

rinduku jenuh,
sayang
tak jua kau rengkuh.
sayang )**

Pagi seperti biasa, embun biaskan mentari yang masih belia. Seorang petani memerhatikan tubuh kerempeng, dekil, keriput, meringkuk di saung pinggir sawah tempat ia beristirahat. Semakin ia yakin, yang diperhatikanya adalah seorang tua tanpa nyawa.



____________________
)* Rindu Rengkuh Mu
)** Jenuh Merindu