1.30.2013

MENGALIR

tak harus tirakat
memikir jauh atau dekat
hanya cuma mengalair
di hulu ke hilir

tak memuara
menguap kering di jalanan
tanpa persimpangan
kecewa tak bagaimana

(mohon biarkan aku
menjadi jadi
jadilah maka jadi
Mu)

1.24.2013

TANPA DAYA

Di hening fajar muda, kali ini, awan putih tebal sembunyikan bintang-bintang. Pada rembulannya terpancar pesona buram. 

aku ada
karena Mu
aku tiada

Pandangku sungguh tak jauh, hingga tak segala irama siang malam dapat kusimak. Apa yang sanggup kuterima? Tak ada, bahkan untuk setetes air Mu.
 
(kusambut kelahiranmu di silam itu, 12 maulud 
semoga aku merindu kesanggupanmu)

1.23.2013

RINDU KETEGUHAN MU

o nafas kekar tak kekar
semilirmu mau di mana

gemercik di sungai itu
ajak embun hanyut berlalu
mengalir tak henti
memuara

o darah segar tak segar
mengalirmu ingin kemana

aku hanyut dibuai angin
larut dalam adonan mimpi
mengejar asa menuai harap
kembara ini tanpa peta

o yang terkapar
geliatmu hendak bagaimana

rinduku membara
sisa-sisa warna belum kurupa
keteguhan entah di mana
aku mencari tak sua jua

o keteguhanMu
aku rindu keteguhanku


23 Januari 2013


1.17.2013

KALAM USANG

aku tertawa
di pinggiran kata-kata
kemudian merupa duka aksara

aku terbahak
di pojokkan sajak-sajak
kemudian jejak koyak berserak

aku terhenti
di tikam puisi-puisi
kemudian membias arti

aku buram
di hujam bait legam
kemudian bara menghitam

aku kalam
di usang catatan kelam
kemudian kalilmat padam

...aku binasa
di jalan tuju cahaya
kemudian hilanglah tanpa...



1.11.2013

CERITA EMPAT SEKAWAN

''Aku hanya bisa kebawah, mengalir, meriak atau mengombak. Aku hanya mengikuti gravitasi, tak bebas bergerak.''

''Bebas bergerak? Aku pun tak bebas. Aku berkobar atau menyala saja dengan tetap ke atas, tak sangup ikuti gravitasi.''

''Nah, kalau aku, semilir atau menggebu tetap saja semau-mau. Arahku tak beraturan. Ingin tetap searah pun aku tak mampu.''

''Aku si empunya gravitasi. Kadang ingin terbangkan air dan menarik api, dan mengubur angin. Tapi aku tak bisa.''

Bumi teriak kepada langit : ''kau lihat, empat sekawan asuhanku, yang berhasrat untuk bebas tanpa batas?

Langit tekekeh mendengar pertanyaan bodoh itu, kemudia ia berbisik kepada gelap : ''sungguh, aku iri kepada mereka...''

11 Januari 2013

INGIN KU

ingin kumuntahkan semua
dalam kata-kata
sajak atau carita
nyanyi atau teriak saja
hingga urai

ingin kupinjam catatan
kepada suasana
untuk fahami bagaimana
merayu rasa dan pikiran
agar suai

ingin kumuntahkan segalanya
dalam kalimat
cacian atau kutukan
mantra atau do'a
hingga damai

ingin kupinjam catatan
kepada cuaca
untuk mengerti bagaimana
merayu langit agar gerimis
tanpa badai

10 Januari 2013

1.09.2013

KEJORA

''Pak, Anak mimpi lagi...''

Anak bermipi tentang rumah bertiang emas, berlantai karpet hijau lumut, bermeja mengkilat, berkursi ukir. Mewah, megah, dan dindingnya dihiasi poto dan lukisan. Entah itu gambar siapa. Yang anak tahu dalam mimpinya, Bapaknyalah pemilik rumah itu.

Bapak setia mendengarkan cerita mimpi Anak. Mereka masih berbaring berdampingan, menunggu mentari naik, menengok wajah mereka di emper toko kosong. Seperti biasa, mereka menunggu grobogan sampah yang isinya akan mereka pilah.

Bapak mendehem, kemudian menceritakan kenapa Anak dinamai Kejora. Pagi itu barulah anak tahu jawabannya, "bintang timur malam itu bersinat terang". Anak lahir ketika Bapak bermimpi dalam sadar dengan mata menatap bintang kejora di timur sama.

''Kau mimpiku, impianku, harapanku, Nak...'' ratap Bapak dalam nafasnya sambil membalikan badan membelakangin anaknya.

8 Januari 2013

JAMAN KEBLINGER

Sang cucu bengong menyimak dongeng Kakek semasa perjuangan meraih kemerdekaan. Ada juga diceritakan kelakar Kakek dan teman-temannya masa itu, sehingga sesekali mereka terkekeh. Bahkan Kakek sempat bernostalgia tentang pertemuannya dengan si Nenek.

Ada juga Kakek mencoba-coba membandingkan jaman perjuangan dengan kemerdekaan. Tentu itu perspektif Kake sendiri, tanpa metode, tak perlu ilmiah-ilmiahan. Toh Kakek mengalami sendiri jaman yang ia dongengkan.

“Milih jaman perjuangan atau sekarang, Kek?” Kakek menjawab, “jaman dulu lah. Dulu, Kakekmu ini masih seger, tenaga mantap, tampang gaya, kekar, gigi Kakek masih sanggup mengunyah jering dan petei”, sambil terkekeh.

Sang cucu mangut-manggut, masih penasaran, gak terlalu peduli guyonan Kakeknya. Kakek meneruskan pembandingannya. “…dulu, susah nemu orang pinter tapi mudah dapat orang jujur; sekarang, susah dapat orang jujur tapi mudah nemu orang pinter.”

Sang Kakek menghela nafas, kemudian nyeruput kopi dan disambung menarik hisap tembakau lintingannya. “Cu, pinter-pinter orang sekarang ngomong ‘kejujuran’, ‘kebenaran’, ‘kemanusiaan’, ‘keimanan’, kesalehan’, tapi yang laku keblinger….”

REDUP




Aku sedang mengeluh. Sama seperti si melarat lainnya, mungkin. Sering kudengar teman-teman mengutif omongan sang motivator, pengh­otbah: ''berdoa dan berusahalah...s­ambut harimu dengan senyuman...sema­ngat...jangan mengeluh...tema­n!'' Bodohlah bualan macam itu bagiku! Aku butuh peneduh yang jujur.

Ah, teman-temanku sok iye, memang. Mana mereka ngarti gerahnya peluh pekuli. Terlebih motivator-motiv­ator dan para penghotbah di televisi dan mimbar-mimbar, mereka lebih asyik memilah tema omongan supaya menarik dan tidak membosankan pendengar, tetap rame.

Bagiku, omongan orang di tivi aneh-aneh. Kata banyak direka, diperhalus. Padahal intinya mau ngomong 'boblok', 'brengsek', atau 'gak becus'.Perhatik­an saja omongan politikus, ekonom, sosiolog, agamawan, dsb, bikin puyeng. Padahal orang macam melarat aku ini cuma butuh makanan 4 sehat 5 sempurna, seperti ajaran waktu SD dulu. Kan, supaya sehat dan cerdas.

Askeskin? Tunjangan kesehatan bagi wong miskin? Cuma model lain dari rekayasa "pemanfaatan" kesehatan orang-orang miskin. Kita kan butuh pendidikan yang murah harganya meriah ilmunya. Wajib belajar sembilan tahun, malah bikin babak belur para orang tua. Mungkin memang Pemerintah itu tukang perintah.

Orang seperti aku, seperti terlahir dalam kutukan. Menjalani laknat kehidupan. Dibutuhkan sebagai pelengkap hiburan. Meskipun para motivator dan penghotbah menerangkan kemuliaan manusia dibanding mahkluk lainnya. Tetapi lagi, perut anjing polisi dan penjaga rumah megah lebih terawat dibanding perutku.

Hhh, diriku...cuih..­.kemilau cita-cita yang pernah kusampaikan di kelas satu SD dulu, kini redup dan terpaksa kukandangkan. Sebelum aku binasa, biarlah mimpi-mimpi menghibur sisa hidupku. Ya, impian yang tak wajib diharapkan. Terlebih orang macam aku, dapat bermimpi pun sudah beruntung.

8 Januari 2013

1.02.2013

ADAKAH ENGKAU MASIH ITU

adakah yang tersisa
dari luapan kata-kata
"...demi rakyat kita
demi bangsa kita
demi negara kita..."

masihkah penghilatanmu melihatnya
masihkah pendengaranmu mendengarnya
benih-benih janji dalam orasi
sebelum engkau seperti kini?

masih adakah benih itu terpelihara
adakah engaku masih kita
wahai yang di sana?
...lupa?